Diposkan
oleh: Dhamaranthy H M 22:50
“Cinta itu menyenangkan, cinta itu membuat
bahagia, cinta itu menyedihkan, dan cinta itu menumbuhkan rasa benci. Hanya
itu.. itu yang aku ketahui, aku tidak mengerti.”
Dulu kamu
datang dengan tiba-tiba , mengenalkan sosokmu secara perlahan sehingga kamu
tidak begitu asing didalam hari-hariku, hari yang terbiasa sunyi dan sepi.
Seiring berjalannya
waktu, kau warnai semua kertas kehidupanku dengan tinta kebahagiaan atau bahkan
sedikit tinta kesedihan. Aku pernah mendengar “Aku mencintaimu setulusnya,
seutuhnya. Aku mencintaimu sampai mati. Aku mencintaimu apa adanya, dan aku
besungguh-sungguh dalam mencintaimu” apakah aku percaya? Ya! Aku
mempercayainya. Ketika itu aku bertindak layaknya menjadi sosok wanita yang
paling bahagia, wanita yang tumbuh dengan kesempurnaan cinta, tanpa berfikir
bahwa semuanya itu hanyalah sepintas ungkapan yang mungkin suatu saat akan
teringkari.
Waktu terus
berjalan, aku tidak bisa menghindari rasa jenuh, rasa yang sesungguhnya tidak
ingin aku perlihatkan kepadamu, tidak seperti caramu yang selalu menunjukan
kejenuhan itu dengan hati kasar dan tiba-tiba bertindak acuh.
Tiba saatnya sesuatu
yang menakutkan itu terjadi, saat dimana kita mencoba berjalan dengan satu kaki
tanpa ada bantuan kaki lain yang terbiasa hadir untuk mendukung segala tujuan
hidup. Kamu menginginkannya disaat aku merasa begitu menyayangimu. Jujur aku
belum siap, aku tidak bisa dengan cepat menerima itu semua. Kamu memaksaku
berbohong, berbohong untuk berpura-pura tegar dengan segala keputusanmu.
Tapi inilah
kenyataan, aku harus membiasakan diri
dengan tokoh kamu yang sekarang menjadi masa laluku, kamu membuatku
terbang dan kamu juga yang menjadi alasan air mataku jatuh. Yang aku rasakan
adalah kesakitan. Apakah ini sudah terencana dan merupakan bagian dari yang
kamu ajarkan kepadaku tentang apa itu cinta? jika iya, sial sekali aku termasuk
kedalam orang-orang yang merasakan kejamnya apa yang kamu sebut dengan cinta.
Lalu, mengapa
kamu terlihat biasa saja dengan keputusan itu? Tidakkah kamu melihat berapa banyak
air mata yang telah aku sia-siakan hanya sekedar untuk menangisi keputusanmu
yang kamu anggap biasa itu? Apakah kamu tidak tau apa itu sakit? Atau kamu
berpura-pura tidak mengetahuinya? Haruskah aku yang sekarang mengajarimu apa
itu rasa sakit?
Penyesalan
itu pasti hadir, mengapa aku memilihmu untuk mengajariku tentang arti cinta
jika akhirnya kamu jugalah orang yang ajariku tentang air mata kesakitan?
Mengapa tidak orang lain? dan mengapa dengan bodohnya aku mempercayai semua
ucapanmu? Itulah yang aku rasakan, menjadi seorang wanita yang belum siap
merasakan arti kehilangan.
Tapi tak
perlu kamu khawatirkan lagi, aku akan terus berusaha untuk menjadi wanita yang
kuat. Karena bagaimanapun aku harus bertanggung jawab, aku ingin mengenal cinta
dan aku harus siap dengan segala resikonya, termasuk seperti ini, kamu sakiti.
Begitu banyak
kesan yang telah kau titipkan dalam
kehidupanku, kehidupan masa lalu. Meskipun
adakalanya disaat sepi datang aku ingin kembali ke masa lalu, ketika
cinta hadir pada sosok aku dan kamu, yang kemudian menjadi cinta.
Terimakasih
kamu memberikanku kesempatan hadir dalam kasih sayangmu, kamu mengajariku
sebagian kecil arti cinta. Dengan begitu aku tidak akan bertindak bodoh untuk
mengulangi kesalahanku lagi. kesakitan ini telah mendewasakanku.
Yang telah
kau ajarkan… Cinta itu menyenangkan, cinta itu membuat bahagia, cinta itu
menyedihkan, dan cinta itu menumbuhkan rasa benci. Hanya itu.. itu yang aku
ketahui, aku tidak mengerti. Tidak berhatikah kamu mengajarkan cinta yang kejam
kepadaku?