Diposkan oleh: Dhamaranthy Herdiani Marethania
“Goalll...” itulah jeritanku ketika aku menonton bola. Itu sangat mengundang kontroversi antara aku dan mama. Aku sering sekali mendapatkan amukan dari mama. Tapi, karena aku termasuk anak yang bandel, tetap saja aku bersorak ria ketika si bola yang bulat itu masuk mendekati daerah lawan. Dulunya sih aku gak kepikiran sama yang namanya BOLA lovers , tapi.. tahun-tahun belakangan ini aku seperti terhipnotis saja. Kamu tahu ? aku juga punya tim kebanggaanku lho. Namanya Persib, ya mungkin kamu juga tahu. Apalagi aku suka sekali yang namanya Suchao Nutnum , aku sangat terpikat, selain dia tampan dia juga selalu punya atraksi yang hebat-hebat banget.
“Sunuuum
.. berisik ,” tegas mama sensi.
“Ahh..
mam, lagi asyik nih nonton bola. Sini deh mama liat, persib masukin dua gol ” ujarku.
“Persib
, persib, persib.. dipikiranmu hanya persib terus! Lagian kamu kan anak
perempuan, gak ada pekerjaan lain apa!” jawab mama dengan nada tinggi .
***
Keesokan
harinya di sekolah, tepatnya di kelas X IPA-1 , guru yang biasa mengajar tepat
jam ke dua dan ketiga saat itu tidak masuk. Murid-murid pun berkeliaran di
mana-mana. Gak cewek gak cowok semuanya
bertebaran, termasuk aku juga sih .
“
hai Sunum , kemarin persib main ok gak ? ” Sapa Rira yang merupakan teman
baikku.
“ya
iya lah pastinya , kapan sih persib mengecewakan. Iya gak, iya gak ?” jawabku
bangga.
“iya
sih, eh Suchao apa kabar ? masih tetep ganteng gak? Jangan-jangan dia udah
mulai beruban ditambah kumis tebel lagi,
hahaha” Rira mengajaku bercanda.
“
iiiihh , apaan sih? Gak lucu, dasar GJ ( alias Gak Jelas ) tau! gak usah
ditanya lagi kali, sampai kapanpun Suchao masih tetap eksis” tangkasku dengan
melakukan pembelaan.
Aku
dan Rira sih memang punya kegemaran yang sama yaitu menonton sepak bola. Tapi
dimana ada orang sedang senang, pasti ada pengganggu. Ya, benar. Siapa lagi
kalau bukan Diza dan Osa. Mereka berdua itu emang bener-bener orang yang
cerewet banget di kelas. Makanya, anak-anak di kelas IPA-1 udah gak asing lagi
denger suara mereka yang begitu fals terdengar di telinga.
“Ngomong
apaan sih kalian ? berisik tau” Ujar Diza dengan menyentakan suaranya yang
melengking itu.
“
udahlah Dis, jangan nanya mereka lagi. Percuma
tau, palingan yang mereka omongin gak jauh dari sepak bola yang gak
jelas itu” tambah Osa menjawab.
“ Bener juga Os, aku malah jadi pusing ngajak
berantem mereka terus! Yang ada di
pikiran mereka pasti gak lepas dari bola,bola, dan bola. Aneh, cewek kok seneng
bola. Heh.., daripada ngurusin bola melulu, lebih baik cewek tuh jalan-jalan ke
mol kek. Cowok juga suka kali sama bola,
tapi aku liat mereka biasa-biasa aja tuh, gak lebay kaya kalian berdua ” sahut
Diza.
“Apaan
sih Dis ? ganggu kebebasan orang aja! Urusin tuh suara fals kamu itu, daripada
dikeluarin melulu ntar abis loh , terus jadi a-i-u-a-i-u deh, hihihi..” ujar Rira menghantu-hantui Diza.
“Heh
kamu, bisa diem gak sih? Kerjaannya cuman nimbrung melulu! Ayo Os, cape ngomong
sama mereka. ” cetus Diza dengan wajah malu dan langsung berlari mengajak pergi
Osa ke kantin.
Aku
dan Rirapun saling berhadapan dan tertawa sepuas mungkin seaakan tidak percaya
apa yang terjadi.
***
Gimana
Persib ?, gimana persib ?, persib gimana ? .. itulah yang terdengar di telinga
Diza dan Oza di sepanjang kantin. Hingga televisi yang ada di kantinpun
menayangkan pertandingan persib walaupun hanya tayangan ulang saja sih, tapi
toh tidak membuat orang-orang yang ada di kantin bosan. Hingga tanpa di sadari,
Diza terlihat sangat fokus ikut menonton bola di kantin, hingga matanya hampir
tidak berkedip sekalipun. Sehingga ketika bola masuk ke gawang, “Goaalll ”Diza
bersorak-sorak histeris disertai semua orang yang ada di kantin.
“Apaan
sih Dis ? norak tau . Harga diri kita turun derajat kalo misalkan Sunum tau !”
Osa menasihati Diza.
“Biarin
aja, emang gue pikirin apa. Os, rasanya sekarang aku mulai suka bola deh,
apalagi lihat tuh pemain yang nomor punggungnya 15 itu, Ganteng ya? Cakep ya ?
keren ya ?” ucap Diza sambil menunjukan telunjuknya ke arah televisi dengan
gaya lebaynya itu.
Dan
ow, ow , oow.. ! Diza akhirnya memang suka Suchao, itu tuh , pemain yang amat
digemari Sunum.
***
“Kriiiing
...” bel tanda pulang sekolahpun berbunyi. Tidak ada angin dan tidak ada topan,
tidak seperti biasanya Diza memberikan senyuman manisnya kepadaku. Aku heran ,
apa yang dia mau sekarang ? aku dan Rira bertatapan dengan wajah tidak percaya.
Sampai Dizapun mengeluarkan kata “ aku pulang duluan yah?” kepadaku. Aku tambah
heran, tapi sudahlah mungkin itu tanda-tanda baik bagiku. Ketika aku sedang
berjalan, aku melihat Diza mengajak Osa pergi ke warnet depan sekolah, tapi itu
bukan suatu hal yang penting bagiku dan akupun bergegas pulang saja.
***
Tiba
di rumah, aku langsung ke kamar. Aku duduk di depan layar komputer untuk
sekedar browsing-browsing di Mozzila, itu merupakan kegemaran sampinganku.
Biasa, selain mencari-cari bahan materi buat persentasi, juga tidak lupa cari-cari info terbaru
tentang suchao plus foto-foto terbarunya, facebook juga tidak aku lewatkan. Ketika
asyik-asyik browsing . “Deg,deg” ternyata ketika aku lihat profil facebook Diza,
aku lihat foto profilnya baru saja di ganti5, foto dia yang seolah-olah ada di
dekat suchao, membuatku sakit hati. Aku tidak rela sang superstar di
idola-idolakan oleh orang lain. Hingga tanpa sengaja keesokan harinya aku
melihat telepon genggam Diza yang terletak di bangkunya , “Duarrrr..” dia
merubah foto penghias latarnya dengan foto idolaku.
“oo,
jadi begini cara orang yang udah menginjak-injak orang lain dan akhirnya dia
suka. Aku baru tau tuh..” ujarku memandang Diza dengan tatapan sinis.
“hehe,
i i ni eh ini , engga kok Sun , ini bukan aku kok yang mau, ini kemarin bekas
pacarku yang udah minjem hp aku” Ucap Diza gugup.
“Udahlah
Dis, aku gak marah kok, cuman aku gak suka aja caramu itu. Kalau misalnya suka
sih terus terang aja daripada bohong!” aku menasihatinya.
“
yehhh, dibilangin gak ngerti juga, percuma ngomong ma anak yang keras kepala”
jawab Diza membangkang.
***
Akupun
mulai mengalah kepada Diza, dan akupun mulai melupakan masalah di sekolah
kemarin, hingga hari liburpun datang. Hari itu tepat jam enam sore Persib main,
akupun merelakan acara liburanku demi Persib. Aku menyadari bahwa pertandingan
itu merupakan pertandingan yang terakhir untuk suchao , mengingat masa
kontraknya dengan persib habis pada hari itu. Sebelumnya, aku pernah membaca
surat kabar bahwa Suchao mengatakan “Saya akan berusaha sungguh- sungguh hari
ini, demi bobotoh” ucapnya, yang berarti bobotoh itu ialah nama dari para
penggemar persib. Aku sedih dan sangat sedih ketika aku membaca kata-katanya
itu.
***
Hingga
pertandinganpun berlangsung. Memang benar, Suchao tepati janjinya. Persib meraih
angka 6-0. Itu merupakan kenangan yang terindah, dan akhirnya idolaku dengan
nomor belakang 15 itu pergi meninggalkan aku dan semua Bobotoh di sini. Yang
aku lakukan sekarang hanyalah bisa melihat foto-fotonya yang sering aku unduh
ketika aku sedang browsing . jika aku melihat ke belakang, aku selalu tidak
percaya jika sang-idola telah pergi ke tempat dimana ia tinggal dahulu. Angka
15 pun selalu aku gunakan dalam berbagai hal, contohnya aku gunakan itu untuk
mengoleksi poster-poster bergambar wajahnya hingga mencapai angka 15. Menurut
aku sih itu gak lebay kok! Terserah deh kalau kalian nanggapinnya gimana! Dan
.. satu, dua , tii ....
“ Sunuuuuumm .. Ayoo makan!” mama teriak .
“iiyyya
mah ... “ sahutku.
Huh,
aku sangat lega sekali. Aku kira aku akan mendapat amukan mama lagi. Dan
untungnya mama tidak tahu kalau aku baru saja menulis diariku tentang “Dibalik angka 15”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar