Hallo :)

welcome to my virtual world

Jumat, 11 Mei 2012

“ DI BALIK ANGKA 15 ”

Diposkan oleh: Dhamaranthy Herdiani Marethania


“Goalll...” itulah jeritanku ketika aku menonton bola. Itu sangat mengundang kontroversi antara aku dan mama. Aku sering sekali mendapatkan amukan dari mama. Tapi, karena aku termasuk anak yang bandel, tetap saja aku bersorak ria ketika si bola yang bulat itu masuk mendekati daerah lawan. Dulunya sih aku gak kepikiran sama yang namanya BOLA lovers , tapi.. tahun-tahun belakangan  ini aku seperti terhipnotis saja. Kamu tahu ? aku juga punya tim kebanggaanku lho. Namanya Persib, ya mungkin kamu juga tahu. Apalagi aku suka sekali yang namanya Suchao Nutnum , aku sangat terpikat, selain dia tampan dia juga  selalu punya atraksi yang  hebat-hebat banget.
“Sunuuum .. berisik ,” tegas mama sensi.
“Ahh.. mam, lagi asyik nih nonton bola. Sini deh mama liat, persib masukin dua gol ” ujarku.
“Persib , persib, persib.. dipikiranmu hanya persib terus! Lagian kamu kan anak perempuan, gak ada pekerjaan lain apa!” jawab mama dengan nada tinggi .
***
Keesokan harinya di sekolah, tepatnya di kelas X IPA-1 , guru yang biasa mengajar tepat jam ke dua dan ketiga saat itu tidak masuk. Murid-murid pun berkeliaran di mana-mana. Gak cewek  gak cowok semuanya bertebaran, termasuk aku juga sih .
“ hai Sunum , kemarin persib main ok gak ? ” Sapa Rira yang merupakan teman baikku.
“ya iya lah pastinya , kapan sih persib mengecewakan. Iya gak, iya gak ?” jawabku bangga.
“iya sih, eh Suchao apa kabar ? masih tetep ganteng gak? Jangan-jangan dia udah mulai beruban ditambah kumis tebel  lagi, hahaha” Rira mengajaku bercanda.
“ iiiihh , apaan sih? Gak lucu, dasar GJ ( alias Gak Jelas ) tau! gak usah ditanya lagi kali, sampai kapanpun Suchao masih tetap eksis” tangkasku dengan melakukan pembelaan.
Aku dan Rira sih memang punya kegemaran yang sama yaitu menonton sepak bola. Tapi dimana ada orang sedang senang, pasti ada pengganggu. Ya, benar. Siapa lagi kalau bukan Diza dan Osa. Mereka berdua itu emang bener-bener orang yang cerewet banget di kelas. Makanya, anak-anak di kelas IPA-1 udah gak asing lagi denger suara mereka yang begitu fals terdengar di telinga.
“Ngomong apaan sih kalian ? berisik tau” Ujar Diza dengan menyentakan suaranya yang melengking itu.
“ udahlah Dis, jangan nanya mereka lagi. Percuma  tau, palingan yang mereka omongin gak jauh dari sepak bola yang gak jelas itu” tambah Osa menjawab.

“  Bener juga Os, aku malah jadi pusing ngajak berantem mereka terus!  Yang ada di pikiran mereka pasti gak lepas dari bola,bola, dan bola. Aneh, cewek kok seneng bola. Heh.., daripada ngurusin bola melulu, lebih baik cewek tuh jalan-jalan ke mol kek. Cowok  juga suka kali sama bola, tapi aku liat mereka biasa-biasa aja tuh, gak lebay kaya kalian berdua ” sahut Diza.
“Apaan sih Dis ? ganggu kebebasan orang aja! Urusin tuh suara fals kamu itu, daripada dikeluarin melulu ntar abis loh , terus jadi a-i-u-a-i-u deh, hihihi..”  ujar Rira menghantu-hantui Diza.
“Heh kamu, bisa diem gak sih? Kerjaannya cuman nimbrung melulu! Ayo Os, cape ngomong sama mereka. ” cetus Diza dengan wajah malu dan langsung berlari mengajak pergi Osa ke kantin.
Aku dan Rirapun saling berhadapan dan tertawa sepuas mungkin seaakan tidak percaya apa yang terjadi.
***
Gimana Persib ?, gimana persib ?, persib gimana ? .. itulah yang terdengar di telinga Diza dan Oza di sepanjang kantin. Hingga televisi yang ada di kantinpun menayangkan pertandingan persib walaupun hanya tayangan ulang saja sih, tapi toh tidak membuat orang-orang yang ada di kantin bosan. Hingga tanpa di sadari, Diza terlihat sangat fokus ikut menonton bola di kantin, hingga matanya hampir tidak berkedip sekalipun. Sehingga ketika bola masuk ke gawang, “Goaalll ”Diza bersorak-sorak histeris disertai semua orang yang ada di kantin.
“Apaan sih Dis ? norak tau . Harga diri kita turun derajat kalo misalkan Sunum tau !” Osa menasihati Diza.
“Biarin aja, emang gue pikirin apa. Os, rasanya sekarang aku mulai suka bola deh, apalagi lihat tuh pemain yang nomor punggungnya 15 itu, Ganteng ya? Cakep ya ? keren ya ?” ucap Diza sambil menunjukan telunjuknya ke arah televisi dengan gaya lebaynya itu.
Dan ow, ow , oow.. ! Diza akhirnya memang suka Suchao, itu tuh , pemain yang amat digemari Sunum.  
***
“Kriiiing ...” bel tanda pulang sekolahpun berbunyi. Tidak ada angin dan tidak ada topan, tidak seperti biasanya Diza memberikan senyuman manisnya kepadaku. Aku heran , apa yang dia mau sekarang ? aku dan Rira bertatapan dengan wajah tidak percaya. Sampai Dizapun mengeluarkan kata “ aku pulang duluan yah?” kepadaku. Aku tambah heran, tapi sudahlah mungkin itu tanda-tanda baik bagiku. Ketika aku sedang berjalan, aku melihat Diza mengajak Osa pergi ke warnet depan sekolah, tapi itu bukan suatu hal yang penting bagiku dan akupun bergegas pulang saja.
***
Tiba di rumah, aku langsung ke kamar. Aku duduk di depan layar komputer untuk sekedar browsing-browsing di Mozzila, itu merupakan kegemaran sampinganku. Biasa, selain mencari-cari bahan materi buat persentasi,  juga tidak lupa cari-cari info terbaru tentang suchao plus foto-foto terbarunya, facebook juga tidak aku lewatkan. Ketika asyik-asyik browsing . “Deg,deg” ternyata ketika aku lihat profil facebook Diza, aku lihat foto profilnya baru saja di ganti5, foto dia yang seolah-olah ada di dekat suchao, membuatku sakit hati. Aku tidak rela sang superstar di idola-idolakan oleh orang lain. Hingga tanpa sengaja keesokan harinya aku melihat telepon genggam Diza yang terletak di bangkunya , “Duarrrr..” dia merubah foto penghias latarnya dengan foto idolaku.
“oo, jadi begini cara orang yang udah menginjak-injak orang lain dan akhirnya dia suka. Aku baru tau tuh..” ujarku memandang Diza dengan tatapan sinis.
“hehe, i i ni eh ini , engga kok Sun , ini bukan aku kok yang mau, ini kemarin bekas pacarku yang udah minjem hp aku” Ucap Diza gugup.
“Udahlah Dis, aku gak marah kok, cuman aku gak suka aja caramu itu. Kalau misalnya suka sih terus terang aja daripada bohong!” aku menasihatinya.
“ yehhh, dibilangin gak ngerti juga, percuma ngomong ma anak yang keras kepala” jawab Diza membangkang.
***
Akupun mulai mengalah kepada Diza, dan akupun mulai melupakan masalah di sekolah kemarin, hingga hari liburpun datang. Hari itu tepat jam enam sore Persib main, akupun merelakan acara liburanku demi Persib. Aku menyadari bahwa pertandingan itu merupakan pertandingan yang terakhir untuk suchao , mengingat masa kontraknya dengan persib habis pada hari itu. Sebelumnya, aku pernah membaca surat kabar bahwa Suchao mengatakan “Saya akan berusaha sungguh- sungguh hari ini, demi bobotoh” ucapnya, yang berarti bobotoh itu ialah nama dari para penggemar persib. Aku sedih dan sangat sedih ketika aku membaca kata-katanya itu.
***
Hingga pertandinganpun berlangsung. Memang benar, Suchao tepati janjinya. Persib meraih angka 6-0. Itu merupakan kenangan yang terindah, dan akhirnya idolaku dengan nomor belakang 15 itu pergi meninggalkan aku dan semua Bobotoh di sini. Yang aku lakukan sekarang hanyalah bisa melihat foto-fotonya yang sering aku unduh ketika aku sedang browsing . jika aku melihat ke belakang, aku selalu tidak percaya jika sang-idola telah pergi ke tempat dimana ia tinggal dahulu. Angka 15 pun selalu aku gunakan dalam berbagai hal, contohnya aku gunakan itu untuk mengoleksi poster-poster bergambar wajahnya hingga mencapai angka 15. Menurut aku sih itu gak lebay kok! Terserah deh kalau kalian nanggapinnya gimana! Dan .. satu, dua , tii ....
“ Sunuuuuumm .. Ayoo makan!” mama teriak .
“iiyyya mah ... “ sahutku.
Huh, aku sangat lega sekali. Aku kira aku akan mendapat amukan mama lagi. Dan untungnya mama tidak tahu kalau aku baru saja menulis  diariku tentang  “Dibalik angka 15”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar